Homonim, Homofon, Homograf, dan Polisemi

Homonim

Homonim adalah kata yang tidak hanya pembunyiannya sama dengan kata lainnya, tetapi juga secara penulisan ejaannya berdasarkan PUEBI. Namun, homonim memiliki makna yang berbeda karena perbedaan sumbernya. Jika dilihat secara etimologi, homonim berasal bahasa Yunani, yaitu anoma ‘nama’ dan homo ‘sama’.  Ketergantungan makna yang dihasilkan dari homofon bergantung pada konteks kalimat di dalamnya.

Dengan demikian, Anda tidak dapat berkesimpulan bahwa kata tersebut memiliki makna homofon jika tidak melihat konteks kalimat secara keseluruhan ataupun hanya setengah-setengah. Contohnya, ketika Anda mendengar kata tahu, dalam proses kognitif berpikir merujuk pada dua hal, yakni ‘mengerti sesudah melihat’ atau ‘makanan dari kedelai putih yang digiling halus-halus, direbus, dan dicetak’.

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Inti Kalimat
Frasa
Kalimat Efektif

Jika konteks kalimat tersebut berbunyi, “ Saya tidak tahu apapun terhadap persoalan tersebut, makna kata tahu merujuk yang pertama.  Sementara itu, jika konteks kalimat tersebut adalah “Saya belum beli tahu sejak minggu lalu”, sudah tidak diragukan lagi, kata tahu tersebut merujuk pada makna yang kedua. Selain itu, pada umumnya, makna yang dikandung dalam kalimat bersifat denotatif (makna sesungguhnya) dan konotatif (kiasan). Contohnya,

  1. Staf baru itu baru saja kena pukul oleh atasannya karena telat mengirim laporan. Makna kata pukul tersebut adalah ‘ketuk dengan sesuatu yang keras atau berat, dipakai juga dalam arti kiasan’.
  2. Acara khitanan itu dimulai pukul 10.00—17.00 WIB di kediaman keluarga. Makna kata pukul tersebut adalah ‘saat yang menyatakan waktu’.

Homograf

Homograf adalah kata yang penulisan ejaannya sama, tetapi berbeda dalam hal lafal dan makna. KBBI mendefinisikan homograf sebagai isitilah dari linguistik (ilmu bahasa) yang merujuk pada ‘kata yang sama ejaannya dengan kata lain, tetapi berbeda lafal dan maknanya’. Jika dilihat secara etimologi, kata homograf berasal dari bahasa Yunani, yakni homos ‘sama’ dan grapho ‘tulis’. Contohnya,

  • – Ketika hujan pada sore hari di rumah Paman Sam, saya disuruh untuk membeli apel di dekat pasar (makna dari kata apel ini bermakna buah).
    – Ayah bangun pagi-pagi sekali karena harus mengikuti apel pagi (kata apel pada kalimat ini bermakna upacara).
  • – Pernikahan tante Dita dari keluarga besar Bapak Agus akan digelar di Serang (kata Serang bermakna ibukota dari Provinsi Banten).
    – Serang garis pertahanan lawan sedalam-dalamnya!” adalah instruksi terakhir yang diberikan oleh pelatih kepada Destya (kata serang bermakna ‘mendatangi untuk melawan (melukai, memerangi, dan sebagainya).
  • – Nadilla menjadi rutin pergi ke psikater setelah putus dari pacarnya yang seorang calon pilot untuk menyelamatkan mental-nya (kata mental bermakna ‘bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga’).
    – Bola itu mental jauh sekali setelah ditendang oleh Kapten Tsubasa (kata mental bermakna ‘terpelanting; terpental’).

Homofon

Jika dilihat secara etimologi, homofon berasal dari bahasa Yunani, yakni homo ‘sama’ dan foni ‘bunyi atau suara’. Dengan demikian, homofon adalah penulisan ejaan dan makna kata yang berbeda, tetapi pelafalan atau pembunyian katanya sama. Contohnya,

  • – Ayah mengajak adik untuk pergi ke bank agar dapat mengajarinya mengambil uang dari Anjungan Tunai Mandiri (ATM) (kata bank bermakna ‘badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang dalam masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang’.
    – Bang Jejen setiap hari membuat karya yang menjadikan dirinya sebagai seniman jalanan (kata bang bermakna ‘kata sapaan untuk kakak laki-laki’).
  • – Ketika tante teman saya berbicara tidak jujur kepada pasangannya, saya menjadi  sangsi akan integritasnya (kata sangsi bermakna ‘bimbang’ atau ‘ragu-ragu’).
    – Anak-anak sekolah itu dikenakan sanksi oleh pihak sekolah karena terlibat tawuran antarsekolah (kata sanksi bermakna ‘tanggungan tindakan, hukuman, dan sebagainya) untuk memaksa orang menepati perjanjian atau menaati ketentuan undang-undang (anggaran dasar, perkumpulan, dan sebagainya).
  • – Setiap hari Syeila rutin memakai celana rok setiap pergi mengajar (kata rok bermakna ‘baju perempuan bagian bawah (bawahan)’).
    – Malam minggu nanti, dua sejoli itu sudah bernjanjian untuk menonton konser rock (kata rock bermakna jenis aliran musik).

Polisemi

Polisemi adalah kata yang memiliki makna yang berbeda dan banyak, tetapi masih saling berhubungan. Contohnya, kata kepala yang berdasarkan KBBI memiliki beberapa makna, antara lain (1) ‘bagian tubuh yang di atas leher tempat tumbuhnya rambut’; (2) ‘pemimpin; ketua (kantor, pekerjaan, perkumpulan, dan sebagainya)’; (3) ” Jiwa atau orang’. Contoh kalimat yang menggunakan kata-kata tersebut, antara lain.

  1. Mas Ricky sangat suka para pemain bola yang ber-kepala pelontos, seperti Fabian Barthez.
  2. Vanny Ajis terpilih menjadi kepala bagian distribusi sosial media dalam kasus penanggulangan Hak Asasi Manusia (HAM).
  3. Pada perlombaan tersebut, setiap kepala akan mendapatkan jatah uang saku tiga puluh kali selama setahun.

Materi: Homonim, Homofon, Homograf, Polisemi
Kontributor: Adip Prasetyo, S.Hum.
Alumni Sastra Indonesia FIB UI

Materi Bahasa Indonesia lainnya di StudioBelajar.com: