Sejarah Sebagai Kisah

Pengertian Sejarah Sebagai Kisah

Menurut KBBI Daring, kisah berarti cerita tentang sebuah kejadian atau kejadian itu sendiri (riwayat dan sebagainya) dalam kehidupan seseorang dan sebagainya. Kisah merupakan cerita tentang apapun yang pernah terjadi, baik mengenai peristiwa ataupun tokoh yang ada dalam sebuah peristiwa.

Hal ini tentunya bersinggungan dengan sejarah yang merupakan bentuk rekonstruksi masa lalu. Hasil rekonstruksi ini disampaikan kepada khalayak umum dalam bentuk deskripsi atau kisah yang dapat diterima secara lebih luas.

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Sejarah Sebagai Ilmu
Kerajaan Kalingga

Konsep Sejarah sebagai Kisah

Konsep sejarah sebagai kisah merupakan dimensi sejarah yang penting, dalam hal ini menyangkut dengan bentuk penyampaian hasil rekonstruksi kepada masyarakat. Hasil penelitian sejarah dibentuk dalam kumpulan cerita-cerita yang kronologis dan bersumber pada fakta. Tujuan dari konsep ini adalah membentuk narasi sejarah yang utuh dan luas tentang peristiwa, namun tetap berpegang pada sumber-sumber yang valid. Sejarah sebagai kisah adalah irisan antara sikap objektif dan subjektif. Menjadikan sejarah lebih dari sekedar kumpulan fakta-fakta, namun juga bukan cerita-cerita buatan yang tidak kredibel.

Mengapa kisah menjadi penting dalam sejarah? Karena hasil rekonstruksi masa lalu yang dibentuk dalam cerita akan lebih mudah dipahami dibandingkan dengan susunan sumber-sumber sejarah saja. Contohnya Tugu Yupa yang ditemukan di hulu Sungai Mahakam, diduga sebagai peninggalan Kerajaan Kutai yang berdiri sejak abad ke-7 Masehi.

Tugu ini memiliki informasi mengenai raja-raja Kutai dan persembahannya kepada Brahmana. Isi dari Yupa ini kemudian diadaptasi dalam cerita yang kronologis dan kredibel agar dapat disampaikan secara tulis ataupun lisan dengan lebih mudah.

Unsur Interpretasi dalam Sejarah sebagai Kisah

Konsep sejarah sebagai kisah terletak pada posisi interpretasi dan historiografi dalam tahapan metode sejarah. Di mana setiap kisah yang dibuat oleh sejarawan sendiri tentunya merupakan hasil dari interpretasinya atas sumber-sumber yang ada serta kemampuannya dalam menuliskannya dalam sebuah kisah atau cerita. Adapun beberapa unsur interpretasi yang dapat kita temui dalam sebuah sejarah dalam bentuk kisah antara lain:

Kepentingan

Penuturan kisah sejarah tidak akan bisa terlepas dari kepentingan sejarawan atas penelitian yang dibuatnya. Kepentingan ini bisa saja menjadi salah satu dari tujuannya dalam melaksanakan penelitian sejarah. Kepentingan baik yang bersifat pribadi atau kelompok biasanya dapat ditonjolkan dalam kisah yang dibuat. Terutama bagian-bagian yang memang memunculkan hasil interpretasi sumber oleh sejarawan.

Kelompok Budaya

Kelompok budaya atau latar belakang sosial sejarawan tentunya menjadi salah satu alasan perbedaan interpretasi dalam penulisan sejarah. Hal ini bisa kita temui dari perbedaan hasil penelitian yang dipublikasi oleh orang dari Indonesia dan orang luar negeri.

Kapabilitas dan Pengetahuan

Kemampuan mendasar dalam melakukan penelitian dan penulisan sejarah menjadi salah satu alasan perbedaan cerita yang dihasilkan dalam penelitian. Kisah sejarah yang dipublikasi bisa jadi berbeda karena antar sejarawan memiliki kaliber yang berbeda-beda dalam bidang tertentu.

Kemampuan Berbahasa

Sebagaimana dalam konsep sejarah sebagai seni, sejarawan dituntut memiliki gaya bahasa yang baik agar karyanya dapat diterima secara luas. Sementara dalam konsep kisah, kemampuan berbahasa bisa menjadi saringan yang menghasilkan kesimpulan berbeda dari sumber yang sama. Kemampuan berbahasa yang minim juga menjadikan sumber sejarah menjadi kurang bernilai karena tidak tersampaikan dengan baik.

Nilai-Nilai yang Dipegang

Setiap sejarawan memiliki nilai-nilai yang dipegang seperti agama, budaya, norma, ataupun hukum. Pemahaman dan seberapa kuat pegangan terhadap nilai semacam ini bisa memunculkan interpretasi yang berbeda antar sejarawan dalam memproduksi sebuah kisah sejarah. Sejarawan akan cenderung menginterpretasikan sumber sejarah mengikuti apa yang diyakininya benar.

Penerapan Sejarah sebagai Kisah

Memberikan Narasi yang Lebih Dapat Dipahami

Sejarah sebagai kisah dalam penerapannya memberikan penjelasan yang lebih gamblang terhadap sumber-sumber sejarah. Prasasti dan kitab yang biasa ditulis dengan singkat dan bahasa yang berbeda tentu perlu penjelasan lebih dalam. Misalnya teks dalam Prasasti Ciaruteun yang ditemukan di Bogor pada tahun 1863, tertulis (terjemahan) sebagai berikut:

“Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti Dewa Wisnu ialah telapak yang mulia sang Purnnavarmman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”

Teks ini tentunya tidak banyak menjelaskan mengenai sang raja, negeri Taruma, dan fungsi prasasti itu sendiri. Pembuatan rekonstruksi sejarah sebagai sebuah kisah akan membentuk rangkaian cerita yang lebih dapat dipahami oleh khalayak umum. Dengan bantuan sumber-sumber yang lain, dapat dinarasikan sebagai berikut:

“Raja Purnawarman merupakan salah satu penguasa dari Kerajaan Tarumanagara di wilayah Jawa Barat. Kekuasaannya diduga membentang dari Bogor sampai Cirebon menurut Prasasti Tugu. Ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati menuju ke laut. Penggalian ini kemudian diakhiri dengan persembahan kepada para brahmana. Prasasti Ciaruteun yang terletak di tepi Sungai Ciaruteun dan di dekat Sungai Cisadane merupakan bukti pembangunan yang dilakukan di kawasan tersebut.”

Menawarkan Perspektif Berbeda terhadap Narasi Peristiwa yang Serupa

Perspektif yang berbeda dalam kisah sejarah ini dapat terjadi karena lima unsur interpretasi yang telah disampaikan di atas. Misalnya dalam konteks Perang Jawa yang berlangsung pada 1825-1830, sejarawan memiliki perspektif yang berbeda terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro. Beberapa narasi berbeda yang muncul terhadap Diponegoro antara lain sebagai berikut :

  • Sejarawan bisa saja memahami konteks Perang Jawa sebagai pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah (Pemerintah Kolonial dan Kesultanan Yogyakarta). Bisa juga dimaknai sebagai perjuangan yang patriotik dalam memperjuangkan keadilan dan menolak intervensi asing.
  • Posisi Diponegoro sebagai ulama atau abangan yang memiliki pengaruh berkat posisi politiknya. Beberapa sejarawan memiliki referensi masing-masing.
  • Sebagian sejarawan menyampaikan hal-hal pribadi Diponegoro seperti keagamaan, pandangan politik, moral dan etika, ataupun kebiasaan lainnya. Tidak sedikit pula yang hanya menyampaikan perannya sebagai pimpinan perang dan relasi dengan beberapa tokoh politik.

Selama keseluruhannya didasarkan atas sumber-sumber yang kredibel, disusun secara kronologis, dan terbebas dari interpretasi berlebihan, setiap kisah sejarah yang diproduksi tetap dapat dipercaya dan dijadikan rujukan. Peran sejarawan dalam dimensi sejarah sebagai kisah adalah menjadikan sumber-sumber sejarah yang kaku, menjadi kisah yang dinamis.

Materi: Sejarah Sebagai Kisah
Kontributor: Noval Aditya, S.Hum.
Alumni Sejarah FIB UI

Materi StudioBelajar.com lainnya: