Mengenal Siklus Akuntansi: Proses Lengkap Mencatat Transaksi
Siklus akuntansi adalah urutan sistematis dalam pencatatan, pengolahan, hingga pelaporan transaksi keuangan yang terjadi dalam sebuah entitas bisnis. Proses ini tidak hanya penting bagi perusahaan besar, tapi juga sangat relevan bagi UMKM, organisasi, hingga siswa yang sedang mempelajari dasar-dasar akuntansi. Memahami siklus akuntansi berarti memahami bagaimana informasi keuangan dikelola dengan benar dari awal hingga akhir periode.
Kalau baru mulai belajar akuntansi, mungkin istilah seperti “jurnal umum” atau “neraca saldo” terdengar membingungkan. Tapi tenang, semuanya akan terasa lebih mudah kalau sudah paham alur kerja dan logika di balik setiap tahap dalam siklus akuntansi.
Kenapa Siklus Akuntansi Penting?
Setiap transaksi keuangan perlu dicatat dengan tepat agar hasil akhirnya—yakni laporan keuangan—dapat mencerminkan kondisi keuangan secara akurat. Tanpa mengikuti siklus akuntansi, data keuangan bisa kacau, bahkan berisiko menimbulkan kesalahan analisis, salah perhitungan pajak, atau pengambilan keputusan bisnis yang keliru.
Siklus ini juga membantu dalam menjaga konsistensi dan transparansi. Itulah mengapa perusahaan biasanya menjalankan siklus ini setiap akhir periode akuntansi, baik bulanan, kuartalan, maupun tahunan.
Tahapan Lengkap dalam Siklus Akuntansi
Berikut ini adalah urutan lengkap dalam siklus akuntansi yang umum digunakan:
1. Identifikasi dan Analisis Transaksi
Setiap aktivitas ekonomi yang mempengaruhi posisi keuangan perlu dicatat. Langkah awal adalah mengidentifikasi transaksi—apakah itu pembelian, penjualan, pembayaran utang, atau penerimaan pendapatan. Setelah itu, transaksi perlu dianalisis: akun mana yang bertambah atau berkurang, dan apakah masuk kategori aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, atau beban.
Contoh:
Perusahaan membeli perlengkapan seharga Rp2.000.000 secara tunai. Maka, akun perlengkapan bertambah dan kas berkurang.
2. Pencatatan ke Jurnal Umum
Setelah dianalisis, transaksi dicatat ke dalam jurnal umum menggunakan prinsip debit dan kredit. Setiap transaksi harus seimbang, jumlah debit sama dengan jumlah kredit.
Contoh jurnal:
Perlengkapan Rp2.000.000
Kas Rp2.000.000
Langkah ini penting untuk menjaga catatan awal agar rapi dan sistematis.
Baca Juga : Mengenal Teknologi Ramah Lingkungan: Inovasi untuk Bumi yang Lebih Sehat
3. Pemindahan ke Buku Besar (Posting)
Data dari jurnal umum kemudian dipindahkan (diposting) ke buku besar sesuai masing-masing akun. Tujuannya adalah untuk mengelompokkan transaksi berdasarkan akun—misalnya akun Kas, Piutang, Beban Gaji, dan sebagainya.
Proses ini membantu dalam melihat total saldo per akun di akhir periode.
4. Penyusunan Neraca Saldo
Setelah semua transaksi diposting, langkah selanjutnya adalah menyusun neraca saldo. Di tahap ini, semua saldo akhir dari buku besar dikumpulkan dalam satu tabel untuk memeriksa apakah total debit sama dengan total kredit.
Kalau tidak seimbang, berarti ada kesalahan pencatatan atau posting yang harus dikoreksi.
5. Pembuatan Jurnal Penyesuaian
Tak semua transaksi bisa dicatat langsung saat terjadi. Beberapa perlu disesuaikan di akhir periode agar mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Contohnya beban yang belum dibayar (accrual) atau pendapatan diterima di muka (deferral).
Contoh jurnal penyesuaian:
Beban Sewa Rp1.000.000
Sewa Dibayar di Muka Rp1.000.000
Jurnal penyesuaian penting agar laporan keuangan mencerminkan prinsip akrual dalam akuntansi.
6. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Setelah penyesuaian, neraca saldo disusun kembali. Ini adalah daftar saldo akun yang telah diperbarui. Neraca saldo ini menjadi dasar dalam menyusun laporan keuangan.
7. Penyusunan Laporan Keuangan
Nah, inilah hasil akhir dari semua proses akuntansi: laporan keuangan.
Beberapa jenis laporan yang disusun:
- Laporan Laba Rugi: Menunjukkan pendapatan dan beban selama periode tertentu.
- Laporan Perubahan Ekuitas: Menggambarkan perubahan modal pemilik.
- Neraca: Menunjukkan posisi keuangan pada akhir periode.
- Laporan Arus Kas: Menginformasikan aliran masuk dan keluar kas.
Setiap laporan memiliki peran penting dalam membantu pengambilan keputusan.
8. Pembuatan Jurnal Penutup
Setelah laporan selesai, beberapa akun perlu ditutup agar tidak terbawa ke periode berikutnya, terutama akun nominal seperti pendapatan dan beban.
Contoh jurnal penutup:
Pendapatan Rp10.000.000
Ikhtisar Laba Rugi Rp10.000.000
9. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan
Ini adalah neraca saldo final setelah akun-akun nominal ditutup. Neraca ini hanya memuat akun-akun riil seperti aset, liabilitas, dan ekuitas.
10. Jurnal Pembalik (Opsional)
Jika sebelumnya ada jurnal penyesuaian tertentu, kadang perlu dibuat jurnal pembalik di awal periode berikutnya untuk mempermudah pencatatan. Ini bersifat opsional, tergantung kebutuhan perusahaan.
Ilustrasi Sederhana
Bayangkan kamu memiliki usaha kue rumahan. Setiap bahan baku yang dibeli, setiap penjualan yang terjadi, semuanya harus dicatat. Tanpa siklus akuntansi, laporan keuangan bisnismu tidak akan rapi, dan kamu bisa kesulitan mengatur modal, menilai keuntungan, atau bahkan membuat laporan pajak.
Dengan mengikuti tahapan siklus akuntansi, usaha kecil pun bisa dikelola secara profesional dan lebih siap berkembang.
Baca Juga : Memahami Perubahan Wujud: Konsep Dasar yang Sering Terjadi di Sekitar Anda
Tips Belajar Siklus Akuntansi
- Visualisasikan alur: Gunakan diagram alur untuk memahami tahap demi tahap.
- Latihan soal: Semakin sering latihan, semakin cepat menguasai logikanya.
- Gunakan aplikasi belajar: Akses materi interaktif membuat belajar jadi lebih seru.
Call to Action:
Masih merasa siklus akuntansi terlihat rumit? Waktunya belajar bareng di StudioBelajar!
Di aplikasi belajar StudioBelajar, materi akuntansi dijelaskan dengan cara yang simpel, visual, dan mudah dicerna. Mulai dari jurnal hingga laporan keuangan, semua bisa dipahami dengan penjelasan yang relatable dan latihan soal yang mendalam.
Yuk, langsung buka aplikasinya dan pelajari akuntansi dari dasar dengan lebih menyenangkan! Coba belajar sekarang di StudioBelajar.com
