Teori Pembentukan Tata Surya
Teori Pembentukan Tata Surya – Pengantar
Jika mendengar istilah tata surya, apa sih yang ada di pikiran kalian? Benda-benda langit bukan? Yap benar! Tata surya merupakan sistem antariksa dimana matahari dan benda langit saling berinteraksi. Tata surya dipercaya sudah terbentuk sejak 4,6 miliyar tahun yang lalu dengan matahari sebagai pusatnya. Interaksi yang terjadi berupa benda-benda langit mengitari matahari baik secara langsung ataupun tidak langsung. Adapun anggota tata surya meliputi matahari, planet, asteroid, satelit, meteorid, meteor, meteorit, dan komet.
Lalu, bagaimana tata surya ini awalnya terbentuk? Yuk pahami teori-teori pembentukan tata surya di bawah ini!
Interaksi Keruangan Desa dan Kota
Pengelolaan Sumber Daya Alam
1. Teori Nebula (Teori Kabut)
Pada umumnya, kita mengetahui bahwa teori nebula dikemukakan oleh filsuf Jerman bernama Immanuel Kant (1755). Namun ternyata seorang ahli matematika asal Perancis bernama Piere Simon de Laplace (1796) juga mengemukakan teori yang hampir sama. Oleh karena itu, teori ini terkadang disebut dengan Kant-Laplace. Nebula berasal dari Bahasa Latin yang berarti awan yang terdiri dari gas dan debu. Pembentukan dari gas menjadi benda langit diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 100 juta tahun. Hipotesis dari teori nebula adalah sebagai berikut.
- Benda langit masih berbentuk gas yang pekat dan besar. Gas ini merupakan massa gas raksasa yang bercahaya.
- Massa gas tersebut kemudian berputar dan berpilin dengan kuat. Selanjutnya terjadi pendinginan yang menyebabkan perubahan massa gas menjadi bola besar. Bagian pusat bola dengan massa yang lebih besar kemudian membentuk matahari, sedangkan massa yang lebih kecil terlempar dan membentuk planet.
- Planet kemudian tumbuh semakin besar dan terus bergerak secara teratur mengelilingi matahari dalam orbit yang tetap.
2. Teori Planetesimal
Teori planetesimal dikemukakan oleh ilmuwan asal Amerika bernama Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton (1905). Teori ini sering disebut juga dengan teori Moulton-Chamberlin. Planetesimal merupakan suatu benda padat kecil yang mengelilingi suatu inti yang bersifat gas. Hipotesis dari teori planetesimal adalah sebagai berikut.
- Tata surya sejak awal sudah tersusun dari bintang-bintang, salah satunya disebut dengan matahari. Jadi bisa dibilang matahari sudah ada terlebih dahulu. Suatu ketika, ada bintang yang melintas dekat dengan matahari.
- Adanya gaya gravitasi antara matahari dan bintang menyebabkan terjadinya pasang di bagian gas matahari. Hal ini mendorong beberapa massa gas terlempar dari matahari menuju bintang dan kemudian mengelilingi matahari.
- Massa gas yang terlempar kemudian mendingin dan memadat berbentuk bola. Bola ini lah yang dinamakan planet. Seperti teori nebula, planet yang terbentuk terus mengelilingi matahari pada orbit tetap hingga saat ini.
3. Teori Pasang Surut
Teori pasang surut dikemukakan oleh ilmuwan asal Inggris bernama Sir James Jeans dan Sir Harold Jeffreys (1918). Teori ini disebut juga dengan teori benturan. Pada dasarnya, teori ini hampir sama dengan teori planetesimal. Bintang melintas dekat dengan matahari dan gaya gravitasi menyebabkan massa matahari terlepas. Massa matahari tersebut membentuk sebuah cerutu yang menjorok ke arah bintang. Ketika bintang menjauh, massa cerutu terlepas dan membentuk gumpalan gas di sekeliling matahari. Gumpalan gas ini mendingin dan memadat yang kemudian dinamakan planet. Planet terus mengelilingi matahari pada orbitnya hingga saat ini.
4. Teori Bintang Kembar
Teori bintang kembar dikemukakan oleh Raymond Arthur Lyttleton (1956). Teori ini juga dinamakan teori Lyttleton. Teori bintang kembar menjelaskan bahwa tata surya bermula dari matahari memiliki kawan bintang yang mirip dan keduanya mengelilingi sebuah medan gravitasi. Suatu ketika, sebuah bintang lainnya menabrak salah satu bintang kembar tersebut dan menghancurkannya. Kepingan yang hancur kemudian berubah menjadi massa gas yang berputar, mendingin, dan memadat. Bintang yang bertahan dinamakan matahari, sedangkan yang hancur adalah planet. Teori ini mendapat banyak dukungan dari banyak ahli astronomi.
5. Teori Awan Debu
Teori awan debu dikemukakan oleh Carl von Weizsaeker (1940). Teori ini dikenal juga dengan nama teori proto planet. Selain Weizsaeker, Gerard P. Kuiper (1950) turut mengembangkan teori ini. Teori awan debu hampir mirip dengan teori nebula. Tata surya menurut teori ini terbentuk dari gumpalan awan yang sangat luas. Gumpalan awan ini mengandung gas dan debu yang berbentuk seperti piringan atau cakram. Suatu saat terjadi pemampatan pada salah satu gumpalan awan. Hal ini memicu partikel debu tertarik ke bagian pusat awan dan memadat menjadi bola. Bola ini kemudian dinamakan matahari. Debu-debu lainnya yang masih bertebrangan tetap berputar, lalu mengeras membentuk planet-planet.
Artikel: Teori Pembentukan Tata Surya
Kontributor: Dema Amalia, S.Si.
Alumni Geografi FMIPA UI
Materi Geografi lainnya di StudioBelajar.com: