VOC

VOC atau Vereenigde Oost-Indishe Compagnie (Kongsi Dagang Hindia Timur) didirikan pada 1602 untuk mewujudkan cita-cita Belanda memonopoli perdagangan di Asia melawan Spanyol dan Portugis. VOC dikenal sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia, karena memiliki pos dagang dari Eropa, Afrika, Asia Barat, Asia Tenggara, hingga Asia Timur. Direbutnya Konstantinopel oleh Turki Utsmani pada 1453 membuat Belanda perlu untuk menjangkau langsung ke sumber-sumber rempah-rempah. Vasco da Gama dari Portugis membuka jalur perdagangan melalui Tanjung Harapan menuju Asia Timur pada 1497, sementara Belanda tertinggal jauh dan tiba di Nusantara satu abad kemudian.

Cornelis de Houtman mendarat di Banten dan Pantai Utara Jawa pada 1596. Namun tidak menemui hasil karena berseteru dengan Portugis dan warga lokal. VOC memulai dari pos dagang di Jayakarta dan Ambon, VOC menguasai arus perdagangan berbagai komoditas sampai dengan dibubarkan tahun 1799. VOC melakukan monopoli perdagangan termasuk dengan cara militer, adu domba, dan menguasai wilayah secara teritorial. Hal ini dilakukan untuk mengeruk keuntungan yang besar sekaligus mengusir pengaruh Eropa lainnya di Hindia Timur.

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Perang Dingin
Kerajaan Majapahit
lambang voc

Sumber gambar: wikimedia.org

Tujuan Pembentukan VOC

Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) didirikan pada tahun 1602 sebagai kongsi dagang untuk melawan kekuatan dagang Spanyol, Portugis, dan Inggris di jalur perdagangan. Belanda tertinggal satu abad dalam menjelajah Asia, terlihat dari ketika Belanda pertama mendarat pada 1596, Portugis telah menguasai Malaka jauh sebelum itu pada 1511. Perdagangan VOC bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dan membangun kejayaan bagi Belanda di seluruh dunia. VOC melakukan misi Gold dan Glory tanpa Gospel. Hal ini terlihat dari ketidakmauan VOC dan kebanyakan orang Belanda untuk idak berbagi kultur, agama, dan bahasanya dengan masyarakat lokal.

Kebijakan Perdagangan VOC

Pada awalnya, VOC membina hubungan baik dengan masyarakat lokal untuk berdagang. Namun kondisi itu tidak cukup, karena Portugis dan Spanyol yang datang satu abad lebih cepat tentunya telah terlebih dahulu berhubungan. Oleh karena itu VOC mengusahakan untuk memonopoli perdagangan, sehingga ini seringkali membuat rusak hubungan dengan masyarakat lokal. VOC melakukan kebijakan devide et impera, atau politik pecah belah. Kebijakan ini dilakukan dengan mendukung salah satu keluarga kerajaan lokal, dan membantunya untuk naik tahta dengan jaminan monopolo dagang oleh VOC. Hal ini menimbulkan adanya kekacauan di internal kerajaan, dan hampir seluruhnya jatuh ke dalam pengaruh VOC. Kebijakan ini penting untuk dilakukan untuk mempercepat monopoli dagang mengalahkan Portugis dan Spanyol yang tengah fokus memperebutkan pengaruh di Maluku Utara.

Hak Istimewa VOC

VOC memiliki hak istimewa yang dijaminkan oleh pimpinan kongsi dan negara, hak istimewa ini ditujukan untuk mempercepat usaha mengalahkan pengaruh Portugis dan Spanyol. Setidaknya ada dua jenis hak istimewa yang diberikan kepada VOC :

1. Hak Monopoli

VOC berhak untuk memonopoli perdagangan dengan cara apapun, termasuk mengacaukan kerajaan lokal untuk memperoleh pemimpin yang mendukung monopoli VOC. Monopoli ini dapat dilangsungkan dari Tanjung Harapan sampai dengan Selat Magelhaens di seluruh wilayah dan pos dagang VOC. Salah satu kebijakan dari hak ini adalah Pelayaran Hongi yang bertujuan untuk memusnahkan kelebihan tanaman rempah-rempah sehingga harganya tidak turun. Hal ini menyebabkan kerugian bagi petani karena tanaman mereka dirusak secara sepihak.

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Mitigasi Bencana
Pengertian Integral
Spoof Text

2. Hak Kedaulatan (Soevereiniteit)

VOC berdiri sebagai perpanjangan tangan negara Belanda, ia diberikan hak-hak sebagaimana sebuah negara dapat lakukan. Hak ini diberikan untuk mempermudah upaya menguasai perdagangan melalui kebijakan-kebijakan yang bersifat politis. Hak kedaulatan yang dimiliki VOC antara lain adalah :

  • Memelihara angkatan perang sendiri,
  • Mencetak dan mengedarkan uang sendiri,
  • Memaklumkan pengadaan perang dan perdamaian,
  • Merebut dan menduduki daerah asing di luar Belanda
  • Memungut pajak

Perlawanan Terhadap VOC

1. Kesultanan Gowa

Kesultanan Gowa menguasai Pelabuhan Somba Opu yang merupakan bandar utama menuju ke Nusantara Timur, sehingga VOC sangat menginginkan kekuasaan atasnya. Gowa menolak cara dagang VOC yang menghendaki monopoli, namun VOC gagal untuk memblokade Gowa untuk memaksanya. Alhasil perang tidak dapat dielakkan, Gowa di bawah Sultan Hasanuddin berupaya untuk mengalahkan VOC di bawah Kapten Speelman yang dibantu oleh Arung Palaka dari Bone. Hasanuddin berhasil dikalahkan dan dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667, Gowa menyerah sepenuhnya kepada VOC.

2. Kesultanan Mataram

Kesultanan Mataram yang mencapai kebesarannya pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1646) merasa bahwa VOC merupakan saingan utama dalam menguasai Jawa. Terlebih saat VOC berhasil merebut Jayakarta, Sultan Agung menggempur Batavia pada 1627 dan 1629 namun gagal. Di sisi lain, VOC harus menjalin hubungan dengan Mataram sebagai bentuk kebutuhannya memenuhi komoditas makanan pokok serta kayu untuk kapal. Keadaan memihak VOC ketika Sultan Agunkg digantikan oleh Amangkurat I yang membuka hubungan baik dengan VOC.

Ketika Amangkurat II berkuasa (1677-1703), terjadi dua kekacauan luar biasa di Mataram. Pertama adalah pemberontakan Surabaya dan Madura yang dipimpin oleh Trunojoyo, dan kedua adalah Untung Surapati yang mengacaukan keamanan dan membuat kekuasaannya di Pasuruan. Amangkurat meminta bantuan terus-menerus kepada VOC yang berakibat semakin banyaknya konsesi ekonomi yang diberikan. Mataram terus melemah sampai akhirnya terbelah dalam Perjanjian Giyanti tahun 1755 menjadi Kesultanan Yogyaarta dan Kasunanan Surakarta

3. Kesultanan Banten

Banten adalah bandar terdekat dari Jawa ke jalur utama perdagangan di Selat Malaka menuju India dan Cina. Sehingga menarik perhatian banyak pedagang, dan tumbuh pula kerajaan yang kuat. Banten pada puncak kejayaannya dibawah Sultan Ageng Tirtayasa gagal dimonopoli oleh VOC, sehingga pengaruh dialihkan kepada putranya Sultan Haji. VOC berhasil membantu Sultan Haji mengalahkan ayahnya, dan naik tahta menjati Sultan. Namun sebagai bayarannya harus membayar 12.000 ringgit dan membiayai pendirian benteng Speelwijk. Lebih jauh lagi, Banten melemah karena harus menyerahkan kekuasaan ekonominya kepada VOC

Pembubaran VOC

VOC dibubarkan pada tahun 31 Desember 1799, seluruh utangnya sebanyak 136,7 juta gulden diserahkan kepada pemerintah Belanda. Kekayaan seperti kantor dagang, Gudang, benteng, kapal, dan wilayah-wilayah kekuasaan di Hindia Timur juga diambil alih oleh Pemerintah. Selanjutnya Hindia Timur dikuasai oleh Pemerintah Kolonial mengirim Pieter G. van Overstraten sebagai Gubernur Jenderal pertama di Hindia Belanda. Pembubaran VOC ini dilatarbelakangi oleh kemunduran-kemunduran pada pertengahan abad ke-18, antara lain :

  1. Kecurangan dan korupsi oleh pegawai VOC
  2. Pengeluaran yang sangat banyak untuk berperang seperti melawan Gowa dan Mataram.
  3. Pengeluaran gaji yang banyak karena kekuasaan yang semakin luas
  4. Pembayaran deviden atas saham pemilik VOC yang memberatkan.
  5. Masuknya Inggris dan Perancis sebagai pesaing baru dalam perdagangan internasional.

Pembubaran ini juga dilakukan atas berdirinya Republik Bataaf tahun 1795 yang menganjurkan perdagangan bebas. Negara ini berdiri menggantikan Belanda yang dikalahkan oleh Napoleon Bonaparte dalam rangkaian Revolusi Perancis di Eropa. Sehingga seluruh kekuasaan di Hindia Timur diambil alih oleh republic baru di bawah kekuasaan Perancis.

Kontributor: Noval Aditya, S.Hum.
Alumni Sejarah FIB UI