Kerajaan Demak
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa, tepatnya terletak di Pantai Utara Jawa. Demak semula merupakan salah satu bagian penting dari Kerajaan Majapahit. Sebagai wilayah di pesisir utara, Demak menjadi salah satu titik perdagangan penting. Di sisi lain membuatnya berkembang menjadi pusat kebudayaan baru, agama Islam. Kerajaan Demak tercatat menjadi pelopor penyebaran Islam di Jawa, salah satunya melalui ulama yang kuat dalam tradisi Jawa yaitu Wali Songo.
Letak dan Pendiri Kerajaan
Kerajaan Demak terletak di wilayah Demak modern, yang eksistensinya dapat dilihat dari adanya Masjid Agung Demak. Meski begitu, pusat kekuasaan ini kemudian dipindahkan ke Prawata, Pati pada masa kekuasaan Sunan Prawata. Terakhir dipindahkan ke Jipang, ketika Arya Penangsang berkuasa. Kerajaan Demak menguasai wilayah pesisir dan perdagangan di pantai utara Jawa, pengaruhnya menyebar ke pelabuhan-pelabuhan utama di Jawa Timur seperti Tuban, Gresik, dan Surabaya.
Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Fatah, yang diduga masih merupakan keturunan Majapahit. Ia mendapat julukan Senapati Jin-Bun yang salah satunya dikarenakan dukungan orang-orang Cina muslim yang memprakarsai berdirinya Kerajaan Demak.
Raja-Raja Kerajaan Demak
1. Raden Fatah (1475-1518)
Raden Fatah merupakan pendiri sekaligus raja pertama di Kerajaan Demak. Menurut Babad Tanah Jawi, ia adalah keturunan terakhir dari Kerajaan Majapahit tepatnya Brawijaya V yang lahir dari anak selir Tionghoa. Ia berhasil membangun pengaruhnya di Demak ketika ada di bawah kekuasaan Majapahit. Meski begitu, Demak tumbuh menjadi wilayah yang independent karena memiliki kontrol atas perdagangan laut, dan ditambah dengan melemahnya Majapahit akibat konflik internal pada abad ke-15.
Raden Fatah membangun kekuasaan Islam pertama di Jawa, dan membesarkan pengaruhnya mengalahkan kerajaan-kerajaan lainnya termasuk Majapahit. Ia memusatkan kekuasaannya di pesisir utara dan mulai menyebarkan pengaruh ke wilayah sekitarnya. Ia diperkirakan berkuasa sejak Kota Pelabuhan Demak didirikan di bawah Majapahit pada tahun 1475, meskipun Kerajaan Demak dideklarasikan berdiri sekitar tahun 1500.
2. Pati Unus (1518-1521)
Pati Unus atau Sultan Yunus adalah pengganti dari Raden Fatah, meskipun baru wafat sekitar tahun 1521. Pati Unus diperkirakan adalah adik ipar dari Raden Fatah, yang memegang kekuasaan karena putra dari Raden Fatah yaitu Trenggana masih berusia muda. Pati Unus dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor atas usahanya berangkat dari Jawa menuju ke utara untuk menggempur kekuasaan Portugis di Malaka. Eksistensi Portugis selain sebagai imperialis dan musuh Islam, namun juga pengganggu atas perkembangan Kerajaan Demak. Malaka merupakan pusat transit perdagangan internasional, kejayaannya merupakan gangguan bagi Demak. Pati Unus merupakan figur yang berjasa dalam membangun kekuatan militer laut Kerajaan Demak dengan mendirikan pelabuhan militer di Teluk Wetan, Jepara.
3. Trenggana
Sultan Trenggana merupakan raja ketiga, sekaligus dianggap sebagai raja terbesar dari Kerajaan Demak. Ia berjasa dalam menyebarkan agama Islam dan menaklukkan berbagai wilayah di Jawa. Penaklukkan terpenting adalah wilayah Sunda Kelapa pada tahun 1527 yang direbut dari Pajajaran. Trenggana mengirim Fatahillah yang menduduki Sunda Kelapa dan mengubah namanya menjadi Jayakarta. Ia juga mengirim Maulana Hasanudin, yaitu putra Sunan Gunung Jati untuk menaklukkan Banten Girang. Trenggana juga menaklukkan wilayah Pasundan, serta bekas-bekas kekuasaan Majapahit di Jawa Timur sampai Madura. Trenggana juga sukses menaklukkan wilayah Blambangan pada 1546.
Kerajaan Demak di bawah kekuasaan Sultan Trenggana menjadi kekuasaan terbesar di Jawa, menguasai bekas imperium Majapahit dan kekuasaan Sunda. Kekuasaan Demak berpusat di pesisir dengan pelabuhan-pelabuhan utama menjadi titik perdagangan utama di Jawa. Trenggana wafat pada salah satu pertempuran di Pasuruan pada tahun 1546 dan digantikan oleh Sunan Prawata.
4. Sunan Prawata
Suksesi Trenggana yang berlangsung mendadak akibat kematiannya tidak berlangsung mulus. Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berupaya untuk menduduki kekuasaan mengalahkan Sunan Prawata yang merupakan putra Trenggana. Sunan Prawata kemudian membunuh Surowiyoto dan menduduki kekuasaan. Akan tetapi, karena insiden tersebut menyebabkan surutnya dukungan terhadap kekuasaannya. Ia memindahkan pusat kekuasaan Demak ke wilayahnya di Prawoto, Pati, Jawa Tengah. Ia hanya berkuasa selama satu tahun, ketika Arya Penangsang putra dari Surowiyoto melakukan pembunuhan terhadap Prawata pada 1547.
5. Arya Penangsang
Arya Penangsang menduduki tahta Demak setelah membunuh Sunan Prawata. Ia juga menyingkirkan Pangeran Hadiri/Kalinyamat penguasa Jepara yang dianggap berbahaya bagi kekuasaannya. Hal ini menyebabkan tidak senangnya pada adipati Demak, salah satunya Hadiwijaya dari Pajang. Hal ini menyebabkan dipindahnya pusat kekuasaan Demak ke Jipang, wilayah kekuasaan Arya Penangsang. Meski begitu, Arya Penangsang berkuasa sampai dengan tahun 1554 ketika Hadiwijaya dibantu oleh Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan anaknya Sutawijaya memberontak melawan Demak. Arya Penangsang tewas, dan Hadiwijaya menduduki tahta dengan memindahkan kekuasaan ke Pajang.
Kehidupan Masyarakat
Kehidupan Sosial
Perbedaan mendasar dari kehidupan masyarakat di Kerajaan Islam dan Kerajaan Hindu adalah akses yang masif terhadap agama oleh masyarakat umum. Agama Islam yang tidak mengenal kasta dapat dianut oleh seluruh lapisan masyarakat. Terlebih dikarenakan tidak adanya ritual yang memakan biaya begitu besar seperti persembahan kepada dewa atau brahmana yang kerap dilakukan raja-raja Hindu. Sistem sosial kerajaan Islam bersifat lebih egaliter, seperti dilaksanakannya Salat Jum’at yang bersamaan antara pejabat dengan rakyat biasa. Hal ini tentunya merupakan bentuk kebaruan yang tidak ditemui sebelumnya di Jawa, terlebih dalam sistem feudal yang meletakkan posisi penguasa amat tinggi. Hampir seluruh masyarakat Demak, terutama di pusat kekuasaan beragama Islam. Ditunjang dengan dakwah oleh berbagai ulama yang dekat dengan kekuasaan yaitu Wali Songo.
Kehidupan Politik
Secara politik, Kerajaan Demak merupakan kekuasaan terbesar di Jawa. Mengakhiri dominasi panjang Majapahit, dan eksistensi penguasa Sunda yang secara konsisten berdiri sejak abad ke-6 Masehi. Kerajaan Demak menempatkan adipate-adipati sebagai perpanjangan tangan Sultan. Wilayah seperti Surabaya, Tuban, dan Madiun memiliki adipate-adipati yang cukup berpengaruh. Kerajaan Demak juga pertama kali bersentuhan dengan imperialisme barat, Berdirinya Demak pada abad ke-16 kemudian dilanjutkan dengan pendudukan Portugis di Malaka. Direbutnya Sunda Kelapa pada tahun 1527 adalah salah satu upaya untuk menguasai seluruh pesisir utara dan menangkal kedatangan Portugis di Jawa.
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Demak terletak di pesisir utara Jawa, sehingga sumber ekonomi utama masyarakat Demak adalah perdagangan laut. Tidak adanya kerajaan sahabat di Jawa juga menjadi faktor mengapa Demak sangat aktif berdagang di laut. Pada masa kejayaannya, Demak menguasai pelabuhan utama seperti Surabaya, Madura, Tuban, Semarang, Jepara, Cirebon, dan Sunda Kelapa. Selain itu, kadipaten-kadipaten di pedalaman seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati, dan Pajang juga merupakan sumber utama pertanian dan peternakan sebagai komoditas dagang. Beras Jawa merupakan komoditas penting dalam perdagangan internasional di Nusantara.
Penyebab Runtuhnya Kerajaan
Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan oleh pemberontakan Adipati Hadiwijaya, penguasa Pajang. Hadiwijaya semula sangat setia kepada Demak, namun kekacauan yang disebabkan oleh Arya Penangsang dengan membunuh Sunan Prawata dan Pangeran Kalinyamat membuatnya memberontak pada tahun 1556. Hadiwijaya menduduki kekuasaan dan membawa Demak menjadi vazal atau wilayah kekuasaan dari Kesultanan Pajang.
Peninggalan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak hanya berusia sekitar satu abad, sehingga tidak banyak penemuan-penemuan yang ditinggalkan. Berbeda dengan kerajaan Hindu, kerajaan-kerajaan Islam memang tidak meninggalkan prasasti, candi, dan sejenisnya. Peninggalan utama yang dimiliki oleh Kerajaan Demak tidak lain adalah Masjid Agung Demak.
Masjid Agung Demak dibangun sekitar tahun 1479 atas prakarsa Wali Songo. Masjid ini dipergunakan sebagai pusat dakwah Islam di Demak. Sampai dengan hari ini Masjid Agung Demak masih menyimpan peninggalan seperti Bedug, Kentongan, Pintu Bledek, Dampar Kencana, Kolam Wudhu, dan Piring Campa. Seluruhnya merupakan barang-barang yang berasal dari awal pendirian masjid ini. Di wilayah-wilayah lain tidak ditemukan adanya penemuan mengenai kekuasaan Kerajaan Demak. Pencatatan sejarah berlangsung dengan lebih baik di masa Islam melalui pembelajaran-pembelajaran ataupun kitab seperti Babad Tanah Jawi.
Kontributor: Noval Aditya, S.Hum.
Alumni Sejarah FIB UI
Materi Sejarah lainnya di StudioBelajar.com: