Sejarah Sebagai Seni
Sejarah memiliki dimensi atau fungsi yang meliputi ilmu, seni, kisah, dan peristiwa. Masing-masing diantaranya memiliki ciri khas tersendiri yang dipenuhi oleh sejarah sebagai rekonstruksi peristiwa masa lalu. Seni memiliki definisi yaitu keahlian membuat sebuah karya ataupun karya yang dihasilkan itu sendiri.
Sejarah yang ditelurkan sebagai sebuah karya dapat pula dilihat dari perspektif seni. Hal ini tidak selalu berarti bahwa karya sejarah dapat disandingkan dengan karya seni lainnya. Namun bahwa para penulis sejarah sebagai pelaku rekonstruksi turut memasukkan unsur-unsur seni di dalam hasil karyanya agar mudah diterima oleh orang lain.
Konsep Sejarah sebagai Seni
Sejarah sebagai seni merupakan konsep untuk menjelaskan bahwa penulisan sejarah perlu menyisipkan unsur-unsur estetika di dalamnya. Berkaitan dengan fungsi sejarah yaitu rekreatif dan inspiratif, tentunya menggunakan cara penulisan yang dapat mengambil perhatian pembaca menjadi penting.
Sejarah tidak hanya berhenti di seberapa kredibel karya yang dihasilkan, melainkan juga seberapa luas karya tersebut diterima oleh orang banyak. Oleh karena itulah penting bagi sejarah untuk memiliki dimensi sebagai seni.
Sejarawan mempergunakan daya tarik seni untuk memancing publik untuk ikut merasakan bagaimana sebuah peristiwa terjadi, memahami konteks secara lebih menyeluruh, ataupun sekadar memupuk ketertarikan untuk terus membaca karya-karya sejarah serupa.
George Macaulay Travelyan (1876-1982) merupakan sejarawan Inggris yang dianggap memiliki bakat menulis yang sangat baik. Ia menjadi sejarawan yang karyanya banyak dibaca oleh masyarakat Inggris. Meski mengakui bahwa karya sejarahnya tidak lepas dari bias, ia mengatakan bahwa itu lebih baik daripada dia tidak menulis sejarah sama sekali.
Travelyan banyak dianggap sebagai orang yang membuat sejarawan setelahnya mulai memandang bagaimana sebuah karya sejarah dapat diterima dengan memasukkan unsur seni. Dibandingkan hanya menyajikan fakta-fakta sejarah yang meski benar dan kredibel namun tidak menarik.
Ciri-Ciri Sejarah Sebagai Seni
Konsep sejarah sebagai seni memiliki beberapa ciri-ciri yang khas. Ciri ini merupakan hal-hal bersifat seni yang biasa dipergunakan oleh sejarawan dalam menghasilkan karya yang dapat diterima oleh orang banyak. Menurut Kuntowijoyo (1995-67-70) ciri-ciri tersebut antara lain:
Intuisi
Seniman pada umumnya menggunakan intuisi untuk memunculkan alternatif baru atau hal-hal yang tidak biasa dalam seni. Namun tentunya hal ini tidak dapat dilakukan oleh sejarawan yang mendasarkan tulisannya pada data-data kredibel. Intuisi sejarawan digerakkan oleh data-data yang ada, misalnya memunculkan kesimpulan baru dari beberapa data-data yang berkesinambungan. Seringkali ketidakmampuan sejarawan dalam menjelaskan beberapa hal-hal yang kabur dalam peristiwa masa lalu.
Imajinasi
Sejarawan sebelum menuliskan karya sejarah perlu membangun struktur yang baik di dalam pikirannya. Membayangkan gambaran sebuah peristiwa secara utuh, baik yang terjadi sebelum ataupun setelah peristiwa yang tengah dipelajari. Imajinasi semacam ini membantuk sejarawan untuk memahami konteks masa lampau dengan lebih baik. Namun imajinasi semacam ini tetap dipagari oleh data-data. Mencegah karya yang ditulis menjadi anakronis atau bahkan memasukkan hal-hal yang tidak terjadi.
Emosi
Sejarawan yang baik tentu berusaha untuk dapat menyentuh emosi pembacanya. Membuat orang lain seperti merasakan peristiwa itu sendiri ataupun hadir di saat peristiwa tersebut terjadi. Hal ini tentunya tidak bisa kita dapatkan dengan membaca arsip-arsip ataupun bukti sejarah secara langsung.
Emosi ini disebut historical thinking, yang berarti menempatkan pelaku sejarah dalam pikiran kita. Aspek luar seperti perubahan sosial ataupun aspek dalam seperti cara berpikir dapat ditambahkan dalam penulisan dengan landasan data-data yang ada.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam sebuah karya tentu berkaitan dengan pemilik karya dan siapa tujuan yang ingin disasar oleh karya tersebut. Gaya bahasa bisa saja sangat sederhana, bisa juga sangat sulit dipahami. Sejarawan tentunya juga dituntut untuk menghasilkan karya dengan gaya bahsa yang bisa diterima sebanyak mungkin orang.
Meski hal ini penting, tujuan dari karya sejarah adalah merekonstruksi dan menyampaikan kembali peristiwa masa lalu dengan lebih jelas. Sehingga gaya bahasa yang menarik adalah alat dari sejarah untuk dapat diterima lebih baik oleh banyak kalangan.
Fungsi Sejarah sebagai Seni
Konsep sejarah sebagai seni memiliki beberapa fungsi yang membuat sejarawan merasa perlu untuk membuat karya sejarah sesuai dengan ciri-ciri di atas. Beberapa fungsi tersebut antara lain:
- Menumbuhkan historical thinking. Media sejarah yang baik dapat membawa konteks peristiwa dan pikiran pelaku sejarah ke dalam pikiran tidak hanya kepada sejarawan namun juga orang-orang yang mengakses karya sejarah. Konsep sejarah sebagai seni yang mendorong munculnya karya-karya dengan unsur estetika yang baik tentu membantu.
- Membantu sejarawan dan teks sejarah menyesuaikan diri dengan konteks sosial masa kini. Gaya bahasa misalnya, tentunya karya sejarah yang mampu menyesuaikan dengan pemahaman masyarakat di masa kini akan lebih mudah diterima.
- Memunculkan karya populer yang meningkatkan minat sejarah. Dapat ditemui beberapa novel ataupun buku bacaan yang merujuk pada peristiwa di masa lampau, misalnya beberapa karya Pramoedya Ananta Toer. Memang karya semacam ini tidak dapat dijadikan teks rujukan secara ilmiah, namun keberadaannya menarik perhatian banyak orang untuk mengakses peristiwa dan tokoh yang sebenarnya di masa lampau.
- Meningkatkan kapabilitas sejarawan sebagai penulis andal. Konsep sejarah sebagai seni yang menuntut sejarawan untuk memiliki kemampuan menulis yang baik. Menghasilkan karya sejarah yang menarik bagi khalayak umum.
Materi: Sejarah Sebagai Seni
Kontributor: Noval Aditya, S.Hum.
Alumni Sejarah FIB UI
Materi StudioBelajar.com lainnya: