Respon Internasional Terhadap Kemerdekaan Indonesia
Indonesia terjebak di antara kekuasaan Jepang yang telah kalah dan sekutu yang belum tiba di Indonesia. Soekarno dan Hatta merespon tekanan beberapa kalangan untuk mendobrak status quo dan memproklamasikan kemerdekaan sendiri. Tanggal 17 Agustus 1945, Republik Indonesia sebagai sebuah negara baru yang bebas dari dominasi asing.
Berita ini dengan cepat disebarkan ke seluruh wilayah Indonesia dan dunia untuk memperoleh dukungan melawan sekutu yang akan kembali menduduki dalam waktu dekat. Pengakuan internasional dan solidifikasi dalam negeri adalah prioritas utama dalam periode Revolusi Nasional Indonesia.
Pengakuan Kemerdekaan Indonesia
A. Mesir
Mesir adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Agus Salim, A.R. Baswedan, Nazir Pamoentjak, dan Rasjidi merupakan delegasi balasan Indonesia untuk meminta dukungan Mesir. Sebelumnya, Konsul Jenderal Mesir di Bombay, Abdul Mun’im datang ke ibukota Yogyakarta pada Maret 1947. Mesir mengabaikan keberatan duta besar Belanda untuk Mesir yang menyebutkan mengenai kerjasama Mesir-Belanda. Mesir tetap memilih untuk mendukung Indonesia.
B. India
Diplomasi Beras yang terkenal diusulkan oleh Sutan Sjahrir pada awal tahun 1946, bertujuan untuk membantu kekurangan pangan dan memperoleh simpati internasional. 500.000 ton beras tiba di India sekitar bulan Oktober, dan memperoleh sambutan baik dari Jawaharlal Nehru, PM India. Nehru mengundang Sjahrir dalam Asian Relations Conference pada Maret 1947. Menegaskan dukungan India, bahkan memberikan podium internasional untuk memperkenalkan Indonesia sebagai negara baru.
C. Liga Arab
Negara-negara Liga Arab menyambut dengan baik berita kemerdekaan Indonesia. Suriah, Lebanon, dan Yaman secara cepat menyusul Mesir menjadi negara pertama yang mengakui independensi Indonesia. Kehadiran Liga Arab sebagai pendukung Indonesia semakin menguatkan pembahasan ini di forum PBB. Suriah dan Lebanon mulai mengakui kemerdekaan Indonesia sejak 1947, setahun kemudian disusul oleh Yaman. Dukungan ini salah satunya dilatarbelakangi oleh kesamaan sebagai negara mayoritas Islam.
D. Vatikan
Vatikan adalah negara Eropa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada Juli 1947. Vatikan merupakan negara-kota yang dipimpin oleh Uskup Katolik Roma, yaitu Paus. Meski kecil, Vatikan adalah institusi yang dihormati sebagai pusat pengaruh keagamaan katolik di Eropa. Pengakuannya terhadap Indonesia tentu sangat dihargai.
E. Australia
Dukungan dari Australia dimulai dari pemogokan buruh-buruh pelabuhan yang menolak bekerja di kapal yang berisi suplai persenjataan bagi Belanda. Sikap ini dengan cepat mendapat dukungan dari publik Australia yang menghendaki kemenangan perjuangan Indonesia. Australia merespon positif keinginan tersebut, bahkan memulangkan sekitar 1.400 orang tawanan Belanda yang berasal dari Indonesia. Partai Buruh Australia juga kerap mendorong pemerintah untuk mendesak Dewan Keamanan PBB menyelesaikan konflik tersebut. Australia berperan penting bagi kepentingan Indonesia dalam KTN dan UNCI.
Penolakan Belanda
Sekutu memerintahkan Jepang untuk mempertahankan status quo sampai Pemerintah Kolonial Hindia Belanda (NICA) berhasil didirikan kembali. Perebutan kemerdekaan oleh bangsa Indonesia dianggap ilegal sehingga sekutu merasa berhak menduduki Indonesia kembali secara paksa. Pertempuran antara Indonesia dan sekutu langsung pecah di akhir tahun 1945.
Belanda melancarkan agresi militer sebanyak dua kali pada tahun 1947 dan 1948. Belanda juga menduduki ibukota Yogyakarta, mengasingkan pimpinan negara, serta merongrong kekuasaan negara melalui perjanjian Linggajati dan Renville. Belanda juga membentuk negara-negara federal dan Bijeenkomst voof Federal Overleg (BFO) sebagai perwakilannya.
Respon Forum Internasional
A. Persatuan Bangsa-Bangsa
PBB memperoleh tekanan untuk segera menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda. Terlebih setelah Indonesia memperoleh lebih banyak pengakuan internasional dari anggota-anggota PBB. Setelah Agresi Militer I, PBB membentuk Komisi Tiga Negara yang terdiri atas Belgia, Amerika Serikat, dan Australia untuk menengahi konflik serta mengadakan Perundingan Renville.
Pecahnya Agresi Militer II direspon PBB dengan mengeluarkan Resolusi 67 Dewan Keamanan PBB. Secara umum isinya memaksa Belanda untuk mengembalikan tahanan politik, membentuk RIS, serta menyerahkan kedaulatan Indonesia per Juli 1950. KTN diubah menjadi United Nations Comission for Indonesia (UNCI)
B. Komisi Tiga Negara
Komisi ini dibentuk oleh PBB pada 26 Agustus 1947 melalui Resolusi 31 Dewan Keamanan PBB. Kebijakan ini dikeluarkan setelah Agresi Militer I dilancarkan Belanda terhadap Indonesia. Tiga negara ini berisi dua negara yang dipilih Indonesia dan Belanda, serta satu negara bersifat netral. Australia ditunjuk oleh Indonesia, Belgia ditunjuk oleh Belanda, dan Amerika Serikat ditunjuk keduanya sebagai negara netral. Richard Kirby, Paul van Zeeland, dan Frank Porter Graham adalah figur yang ditunjuk masing-masing negara dalam misi perdamaian ini.
C. Aliansi Sekutu
Sekutu semula mendukung penuh Belanda untuk mendirikan kembali pemerintahan kolonial Indonesia. Hal ini terbukti dengan serbuan tentara sekutu di Surabaya, Bandung, dan Semarang. Sejak masuknya sengketa Indonesia-Belanda ke ranah diplomasi, negara-negara sekutu mulai menarik diri dan memosisikan diri sebagai pengawas. Misalnya Komisi Tiga Negara (KTN) yang diisi oleh negara-negara sekutu, atau Amerika Serikat yang menjadi sponsor Perundingan Renville.
Perubahan terjadi setelah Peristiwa Madiun pecah pada September-Oktober 1948. Menunjukkan eksistensi komunisme di Indonesia yang ingin mengambil kesempatan dalam huru-hara Revolusi Indonesia. Amerika Serikat mulai mengubah sikapnya dan mendorong Belanda mengakomodasi keinginan Indonesia sesuai resolusi PBB.
Sikap ini didorong dengan kekhawatiran menguatnya komunisme di Indonesia, dan hilangnya simpati terhadap Amerika karena mendukung neo-kolonialisme. Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949 telah mendapat dukungan dari negara-negara sekutu.
Dampak Respon Internasional bagi Indonesia
Respon internasional terhadap kemerdekaan Indonesia secara umum bersifat positif. Pengakuan negara-negara baru diperoleh dengan cepat, yang mana dilatarbelakangi oleh bangkitnya perlawanan kolonialisme Eropa pasca perang. Negara-negara yang belum mengakui pun banyak yang memilih untuk mengecam pendudukan kembali Belanda atas Indonesia.
Arus dukungan ini membuat PBB meminta penyelesaian sengketa dengan cara damai sesegera mungkin. Australia dan Amerika Serikat bahkan mendukung penyelesaian konflik di pihak Indonesia setelah Peristiwa Madiun tahun 1948.
Materi: Respon Internasional Terhadap Kemerdekaan Indonesia
Kontributor: Noval Aditya, S.Hum.
Alumni Sejarah FIB UI
Materi StudioBelajar.com lainnya: