Peran Manusia dalam Sejarah

Sejarah merupakan sekumpulan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Sementara dalam bahasa Yunani, historia dapat diartikan sebagai inkuiri atau penelitian atas sebuah peristiwa dan pembuatan catatan tentangnya. Pada masa Romawi, sejarah adalah sekumpulan catatan-catatan tersebut dan belum sepenuhnya berisi rekonstruksi masa lampau. Hal ini juga berpengaruh pada absennya manusia sebagai inti utama pembahasan dalam sejarah.

Padahal, ilmu sejarah modern meletakkan manusia sebagai subjek dan objek dalam sejarah. Artinya, manusia adalah bagian terpenting dari sejarah itu sendiri yang tidak boleh dihilangkan. Sejarah tidak dapat hanya menceritakan tempat dan waktu di masa lalu saja tanpa adanya peristiwa yang dilakukan oleh manusia.

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Berpikir Sinkronik dan Diakronik dalam Sejarah
Republik Maluku Selatan

Manusia dan Sejarah

Peristiwa sejarah berbentuk rangkaian yang terus berlangsung dari masa lalu ke masa depan dengan sebab akibat. Sejarawan meneliti dinamika peristiwa ini dalam bentuk perubahan, kesinambungan, perkembangan, dan pengulangan. Inti dari semua peristiwa dan dinamika tersebut adalah manusia sendiri. Manusia adalah pemeran dari peristiwa di masa lalu (objek), sekaligus pihak yang merekonstruksi peristiwa tersebut di masa kini (subjek).

Menurut William Henry Walsh, sejarah adalah “catatan penting dan berarti bagi manusia berupa pencatatan tindakan-tindakan dan pengalaman manusia di masa lampau. Catatan tersebut berisi hal-hal penting sehingga menjadi cerita yang berarti bagi manusia”. Sejarah adalah ilmu tentang aktivitas manusia di masa lampau, dan haruslah berfokus pada manusia tersebut.

Peranan manusia dalam sejarah tidak langsung disadari oleh sejarawan sejak awal. Penulisan sejarah dimulai pada abad pertengahan dengan mengumpulkan kronik-kronik dengan narasi yang bebas secara kronologis. Sampai dengan masa modern pun, sejarah hanya dianggap sebagai tokoh-tokoh besar atau biografi. Peristiwa di masa lalu mengelilingi tokoh penting seperti Alexander Agung, Napoleon Bonaparte, atau Julius Caesar. Sehingga terbentuk narasi bahwa tanpa tokoh besar semacam ini, sejarah tidaklah eksis.

Sejarawan terkini memandang bahwa dua hal penting dari sejarah adalah manusia serta ruang dan waktu. Manusia dalam hal ini bukan lagi tokoh-tokoh besar, melainkan juga orang-orang tidak ternama yang turut serta dalam peristiwa tertentu. Misalnya Pemberontakan Petani Banten 1888 ataupun Peristiwa Tiga Daerah. Kesadaran manusia adalah catatan peristiwa masa lalu itu sendiri, pada saat yang sama manusia memiliki kemampuan untuk membentuk sejarah.

Peran Manusia dalam Sejarah

Seperti disampaikan sebelumnya bahwa manusia memegang peranan vital dalam sejarah. Peran ini terbagi menjadi pelaku sejarah (objek) dan penulis sejarah (subjek). Masing-masing peran ini memiliki fungsi yang penting dan tidak dapat dilepaskan satu dan lainnya dari sejarah. Manusia sebagai subjek dapat juga berlaku sebagai objek. Di sisi lain ketika berperan sebagai objek sejarah, manusia juga merupakan subjek dari sejarah.

Manusia sebagai Subjek Sejarah

Subjek sejarah adalah sebutan untuk manusia yang berperan dalam melakukan rekonstruksi sejarah. Sejarah adalah ilmu yang mempelajari manusia di masa lampau, dan hanya dapat direkonstruksi oleh manusia di masa kini. Subjek sejarah bisa saja terlibat dalam peristiwa sejarah sebagai objek.

Artinya, manusia yang berperan dalam sebuah peristiwa, menuliskan peristiwa tersebut dengan memasukkan dirinya sendiri sebagai bagian. Keberadaan manusia sebagai subjek sejarah umumnya bersifat subjektif, karena penulisan sejarah memiliki interpretasi yang berbeda-beda.

Contoh dari manusia sebagai subjek sejarah adalah sebagai berikut:

  • H. J. De Graaf dan Dr. Th. Pigeaud menuliskan karya sejarah yang berjudul “Kerajaan Islam Pertama di Jawa”.
  • Presiden Soeharto melalui keterangan kepada Dwipayana dan Ramadhan K.H. menerbitkan otobiografi yang berjudul “Soeharto : Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya”. Dalam hal ini, Soeharto berperan sebagai objek sejarah sekaligus subjek sejarah.

Manusia sebagai Objek Sejarah

Objek sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau, dalam hal ini termasuk misalnya perubahan dan perkembangan. Manusia adalah pemegang kendali dalam pusaran peristiwa tersebut. Sebagai objek sejarah, manusia adalah figur yang terlibat dalam peristiwa di masa lalu baik sebagai pelaku maupun saksi sejarah.

Perspektif manusia sebagai objek sejarah ini muncul dari manusia yang melakukan rekonstruksi di kemudian hari. Sehingga bukan berarti manusia pada peristiwa tersebut menyadari bahwa dirinya adalah objek sejarah. Manusia pada masa itu juga merupakan subjek sejarah karena ia berperan untuk menentukan dinamika dan arah terbentuknya sejarah.

Contoh dari manusia sebagai objek sejarah adalah sebagai berikut :

  • Keberadaan Perdana Menteri Amir Sjarifuddin mewakili Indonesia dan Abdul Kadir Widjojoatmodjo mewakili Belanda dalam peristiwa Perundingan Renville pada tanggal 8 Desember 1947-17 Januari 1948.
  • Geger Pacinan di Batavia tahun 1740 merupakan konflik sekaligus pembantaian terhadap lebih dari 10.000 Orang Tionghoa. Pembunuhan ini dilakukan oleh Tentara Belanda dan Kelompok-kelompok Pribumi.

Kedua contoh di atas cukup menggambarkan peranan manusia sebagai objek sejarah, yang juga menjadi subjek sejarah pada saat peristiwa terjadi. Amir Sjarifuddin merupakan objek sejarah bagi rekonstruksi masa kini, namun juga subjek sejarah pada Perundingan Renville. Ia yang berwenang memutuskan apakah perundingan tersebut akan disepakati atau dibatalkan. Oleh karena itu, Amir merupakan figur sentral dalam berjalannya peristiwa masa lalu.

Materi: Peran Manusia dalam Sejarah
Kontributor: Noval Aditya, S.Hum.
Alumni Sejarah FIB UI

Materi StudioBelajar.com lainnya: